Pendidikan
adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk
menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup
sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik
dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.
Pendidikan
Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam
adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia
Istilah
pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya. Ada beberapa istilah yang identik
dengan pendidikan salah satu istilah yang populer digunakan dalam praktek
pendidikan Islam adalah al-tarbiyah.Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari
kata rabb, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh,
berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian.
Menurut
Syekh Ali, kata rabba memiliki arti yang banyak yakni merawat, mendidik,
memimpin, mengumpulkan, menjaga, memperbaiki, mengembangkan, dan sebagainya.
Daim menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah merawat dan memperhatikan
pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut tumbuh dengan sempurna sebagaimana
yang lainnya, yaitu sebuah kesempurnaan dalam setiap dimensi dirinya, badan
(kinestetik), roh, akal, kehendak, dan lain sebagainya.
Secara
filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada
pendidikan yang diberikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan
Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks
yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam al-tarbiyah terdiri
atas empat unsur pendekatan, yaitu:
1.
Memelihara dan menjaga fitrah
anak didik menjelang dewasa (baligh)
2.
Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan
3.
Mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan
4.
Melaksanakan pendidikan secara
bertahap
Pengunaan istilah tarbiyah untuk
menujukan makna pendidikan islam dapat dipahami dengan merujuk firman allah:
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS Al israa 17;24)
B. Pendidikan
dalam konsep Islam
Merujuk
kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini,
bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah
sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam
Islam adalah mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar.
Pengaruh
pembawaan dan pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang
terpadu yang berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh
karena itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran
yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan
kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan keribadian yang utuh dan
bulat.
Konsep
pendidikan islam yang mengacu kepada ajaran Al-Qur’an, sangat jelas terurai
dalam kisah Luqman. Dr. M. Sayyid Ahmad
Al-Musayyar menukil beberapa ayat Al-Qur’an dalam Surat Luqman.
Beliau
mengatakan, ada tiga kaedah asasi pendidikan dalam Islam menurut Al-Qur’an yang
dijalankan oleh Luqman kepada anaknya. Seperti diketahui, Luqman diberikan
keutamaan Allah berupa Hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman nalar dan
kemurnian fitrah.
Kaidah
pendidikan yang pertama adalah peletakan pondasi dasar, yaitu penanaman keesaan
Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kalimat tauhid
adalah focus utama pendidikannya. Tidak ada pendidikan tanpa iman. Tak ada pula
akhlak, interaksi social, dan etika tanpa iman.
Apabila
iman lurus, maka lurus pula lah aspek kehidupannya. Mengapa.? Sebab iman selalu
diikuti oleh perasaan introspeksi diri dan takut terhadap Allah. Dari sinilahLuqmanmenegaskan
hal itu kepada puteranya dengan berkata,
“”Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS.Luqman 31:16).
Seorang
mukmin mesti berkeyakinan bahwa tak ada satu pun yang bisa disembunyikan dari
Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam lipatan hati manusia. Dari
sinilah ia akan melakukan seluruh amal dan aktivitasnya semata untuk mencari
ridha Allah tanpa sikap riya atau munafik, dan tanpa menyebut-nyebutnya ataupun
menyakiti orang lain.
Kaidah
kedua dalam pendidikan menurut Luqman adalah pilar-pilar pendidikan. Ia
memerintahkan anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma’ruf nahi
munkar, serta menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi
kehidupan seorang muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak
boleh ditinggalkan selama masih berakal baik.
Amar
ma’ruf nahi munkar merupakan istilah untuk kritik konstruktif, rasa cinta dan
perasaan bersaudara yang besar kepada sesama, bukan ditujukan untuk
mencari-cari kesalahan dan ghibah. Ummat islam telah diistimewakan dengan tugas
amar ma’ruf nahii munkar ini melalui firman-Nya,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik. “ (QS:Al imran 3.110).
Sabar
itu bermacam-macam. Ada sabar atas ketaatan hingga ketaatan itu ditunaikan, ada
sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu dihindari, dan ada pula sabar
atas kesulitan hidup hingga diterima dengan perasaan ridha dan tenang. Seorang
beriman berada di posisi antara syukur dan sabar. Dalam kemudahan yang
diterimanya, ia pandai bersyukur. Sedang dalam setiap kesulitan yag
dihadapinya, ia mesti bersabar dan introspeksi diri.
Kaidah
ketiga adalah etika social. Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab yang
luhur. Luqman menggambarkan hal itu untuk putranya dengan larangan melakukan
kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta perintah untuk tidak terlalu
cepat dan tidak pula terlalu lambat
dalam berjalan, dan merendahkan suara.
Seorang
muslim perlu diingatkan untuk tidak boleh menghina dan angkuh. Sebab, semua
manusia berasal dari nutfah yang hina dan akan berakhir menjadi bangkai busuk.
Dan ketika hidup pun, ia kesakitan jika tertusuk duri dan berkeringat jika
kepanasan.
Sebenarnya,
pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya menjaga anak
keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal sempurna dan akhlak mulia. Di
dalam ajaran islam, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak-anaknya.
Kedua
orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar
dengan pendidikan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa :
“Setiap anak dilahirkan di atas
fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari).
Kewajiban
ini juga ditegaskan dalam firman-Nya:
Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu
adalah bagi orang yang bertakwa”. (QS.Thahaa 20:132).
Dalam ayal lain, “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.At Tahriim 66:6)
Dalam
Islam, pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu, melainkan
erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep
belajar/pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan
umat.
Oleh
karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan kebutuhan
lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai sumber belajar. Seorang peserta
didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan
potensi manusia sebagai pemimpin.
Firman Allah Swt dalam;(QS Al Baqarah
2. 30) menyatakan :”Sesungguhnya Aku jadikan manusia sebagai pemimpin
(khalifah) di atas bumi”. Kaitan
dengan pentingnya pendidikan bagi umat,Allah berfirman:
”Hendaklah ada di antara kamu suatu
ummat yang mengajak kepada kebajikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan melarang
yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS.Al Imran 3:104).
Konsep
pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik dan
memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling
menguatkan satu sama lain, yang secara umum ditunjukkan dalam doa Rasulullah :
“Ya Allah, ajarilah aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta karuniakanlah
padaku ilmu yang bermanfaat”.
Dari
doa tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam Islam adalah
kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah : “Iman itu
bagaikan badan yang masih polos, pakaiannya adalah taqwa, hiasannya adalah rasa
malu dan buahnya adalah ilmu.”
Pemisahan
dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam
proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar
pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh
asas-asas agama dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar
dan menimbulkan dampak yang merusak.
Murtadha
Mutahhari seorang ulama, filosof dan ilmuwan Islam menjelaskan bahwa iman dan
sains merupakan karakteristik khas insani, di mana manusia mempunyai
kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak
dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu.
Ini
adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Tetapi di lain pihak
manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami
semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan
masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains).
Al-Qur’an
berkali-kali meminta manusia membaca tanda-tanda alam, menantang akal manusia
untuk melihat ke-MahaKuasa-an Allah pada makhluk lain, rahasia penciptaan
tumbuhan, hewan, serangga, pertumbuhan manusia, kejadian alam dan penciptaan
langit bumi.
Banyak
ayat-ayat Al-Qur’an yang berisikan tentang kejadian-kejadian di sekitar kita
yang menuntut pemahaman dengan sains/akal manusia.
Karena
itu, seorang muslim juga diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains
hanyalah salah satu pembuktian kekuasaan Allah, di samping ayat-ayat qauliyah.
Karenanya, konsep pendidikan dalam islam menurut Al-Qur’an pun tidak hanya
berisi materi-materi pendidikan keagamaan saja.
C.
Dasar Pendidikan Islam
Dasar
Pendidikan Islam adalah sumber tempat seluruh bangunan sistem, konsep dan
praksis pendidikan Islam disusun dan diimplementasikan dalam kehidupan umat
Muslim. Dasar pendidikan Islam itu berupa Qur’an dan Hadits(sunnah),
sebagaimana sabda Rasulullah saw yang secara filosofik mengandung pandangan
pokok tentang hakekat dasar pendidikan Islam, yaitu “Aku tinggalkan kepada
kalian dua hal. Jika kalian berpegang pada keduanya maka tidak akan tersesat
selamanya.
Dua
hal itu adalah Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. Dasar tersebut tidak hanya
fondasi yang menopang seluruh bangunan Pendidikan Islam, namun juga menjadi
sumber ilham, inspirasi, pedoman, tuntunan serta sumber arahan bagi seluruh
bangunan sistem, konsep atau teori dan implementasinya dalam kehidupan umat
Muslim.
Dasar
Pendidikan Islam dapat membedakan secara mendasar antara pendidikan Islam
dengan pendidikan pada umumnya karena perbedaan acuan dasar pendidikan. Setiap
masyarakat, umat, bangsa/negara mempunyai dasar pendidikan yang berbeda-beda.
Bangsa Barat memiliki dasar pendidikan tertentu yang didasarkan pada filsafat
hidup dan agama yang mereka anut.
D. Tujuan
Pendidikan Islam
Menetapkan
al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang
sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena
kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar
manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Tujuan
pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah mengalami
proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya
maupun kehdupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup
Pendidikan
Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan
berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadis. Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan
pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi
muslim.
Tujuan
pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter
sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita
yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik
dalam segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan
terjajah oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat pula
persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan semakin maju.
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu,
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan
terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna
kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Pendidikan
Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi)
nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan
pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis.
Hal
ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik
agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan
hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus
pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman.
Dengan
kata lain, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam
bidang kehidupan duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa
pengkotakan antara kedua bidang itu.
E. Batas Awal
dan Akhir Pendidikan Islam
Yang
dimaksud dengan batas awal pendidikan Islam ialah saat kapan pendidikan Islam itu
dimulai. Para ahli paedagogik muslim dan non muslim mempunyai pendapat yang
beragam akan hal ini. Mereka hanya sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu
usaha dan proses mempunyai batas-batas tertentu.
Langevel,
memberikan batas awal (bawah) pendidikan pada saat anak sudah berusia kurang
lebih 4 tahun, yakni pada usia ini telah terjadi mekanisme untuk mempertahankan
dirinya (eksistensi) perubahan besar dalam jiwa seseorang anak di mana sang
anak telah mengenal dirinya-nya. Sehingga si anak sudah mulai sadar/mengenal
dirinya.
Menurut
Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dimulai dari lahir sampai mati.
Dengan istilah yang telah terkenal ialah Long Life Education. Jadi meskipun
orang itu sudah tua umunya masih dapat dididik.
Apabila ada orang tua belum mendalam pemahaman tentang agamanya, maka
orang tua itu masih dapat dididik selama ia hidup.
Imam
al-Gazali berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih yang siap untuk
ditulisi melalui orang tuanya sebagai pendidik sehingga batas awal pendidikan
pada saat anak dalam kandungan ibunya, lebih jauh dari itu yakin pada saat
memilih calon pasangan hidup (suami isteri). Di mana anak akan lahir, tidaklah
terlepas dari pengaruh perilaku orang tuanya yang mendidik dan membesarkannya.
Anak
dalam kaitannya dalam pendidikan menurut ajaran Islam adalah fitrah atau ajaran
bagi orang tuanya.
“Setiap anak dilahirkan di atas
fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari).
F. Alat
Pendidikan
Secara
umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati membedakan faktor dan alat
pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil
tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses pendidikan.
Sementara
itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni;
alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai
tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya).
Dalam
praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan media
pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media.
Media pendidikan adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka
meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan alat adalah
langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan.
G.
Jenis Alat Pendidikan
Dalam
dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Suwarno membedakan alat-alat pendidikan dari beberapa segi
berikut :
1. Alat pendidikan positif dan negatif
positif, jika ditunjukkan agar anak
mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya : contoh yang baik pembiasaan,
perintah, pujian, dan ganjaran. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak
didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek, misalnya : larangan, celaan,
peringatan, ancaman, hukuman.
2. Alat pendidikan preventif dan korektif
preventif jika maksudnya mencegah anak
sebelum anak berbuat sesuatu yang tidak baik. Misalnya, pembiasaan, perintah,
pujian, ganjaran. Korektif jika maksudnya memperbaiki karena anak telah
melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk. Misalnya. Celaan,
ancaman, hukuman.
3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan
yang tidak menyenangkan.
Menyenangkan yaitu menimbulkan rasa
senang pada anak-anak. Misalnya pengajaran dan pujian. Tidak menyenangkan yaitu
yang menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-anak. Misalnya, hukuman dan
celaan.
Sedangkan
Madyo Ekosusilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Alat
pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa
benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya,
papan tulis, dan lain-lain.
2. Alat
pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa
keadaan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.
Amir
Dien Indrakusuma membagi alat pendidikan kedalam dua kelompok:
1. Alat
pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat pencegahaan. Tujuannya
agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran proses pendidikan
bisa dihindari. Misalnya tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan
paksaan.
2. Alat
pendidikan representatif (kuratif dan kerektif), ialah alat pendidikan yang
bersifat penyadaran agar anak kembali kepada hal-hal yang benar, baik dan
tertib. Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran.
Selanjutnya,
Prayitno (2003) menyebutkan lima alat pendidikan yakni: kewibawaan, kasih
sayang dan kelembutan, keteladanan, penguatan, dan ketegasan yang mendidik
(membimbing). Alat-alat pendidikan tersebut, sekaligus dapat digunakan guru
sebagai alat membimbing siswa dalam proses pembelajaran sehingga proses belajar
tersebut menyenangkan bagi siswa dan memotivasinya untuk lebih giat dalam
belajar.
H.
Pendidikan Islam sebagai suatu sistem
Istilah
sistem berasal dari bahasa Yunani sistem” yang artinya suatu keseluruhan yang
tersusun dari banyak bagian. Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang
berlangsung secara teratur.
Definisi
sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost
dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/ keseluruhan
yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau
bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan /keseluruhan yang kompleks”.
Sistem juga dikatakan sebagai kumpulan berbagai komponen yang masing- masing
saling terkait, tergantung, dan saling menentukan.
Dengan
kata lain sistem dapat kita simpulkan suatu kumpulan yang secara keseluruhan
yang bersifat kompleks dan terorganisir yang di dalamnya terdapat himpunan
komponen yang saling berkaitan secara bersama-sama dan berfungsi untuk mencapai
tujuan sistem.
Jika
dikaitkan dengan pendidikan, sistem pendidikan mempunyai makna satu rangkaian
pemikiran dalam bidang pendidikan yang terorganisasi atau sistem pendidikan
dapat disebut juga sebagai sekelompok dari unsur-unsur pendidikan yang saling
berkaitan dan bekerja bersama-sama.
Unsur-unsur
pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: asas pendidikan, tujuan
pendidikan, materi pendidikan, subjek pendidikan, objek pendidikan, metode
pendidikan, media pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lingkungan pendidikan.
Untuk
menjalankan sistem pendidikan yang baik dan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan maka unsur-unsur pendidikan yang tersebut di atas haru dapat
saling berkaitan dan bekerja bersama.